Halaman

Kamis, 04 Juli 2013

Konsep-Konsep Geografi

Dalam mengkaji gejala atau peristiwa dalam ruang, geografi selalu mempergunakan konsep lokasi, jarak, tempat, hubungan timbal balik, gerakan, dan perwilayahan.

1. Konsep Lokasi
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa, atau gejala di permukaan bumi dalam hubungannya
dengan tempat, benda, gejala, dan peristiwa lain. Terdapat dua komponen lokasi, yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat jika dibandingkan dengan tempat di mana orang tersebut berada. Adapun jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Dengan mengetahui lokasi suatu tempat berdasarkan garis lintang, seseorang akan memperoleh gambaran tentang kondisi iklim, kehidupan tumbuhan, hewan, dan manusianya. Garis bujur akan memengaruhi perbedaan waktu. Dengan mengetahui posisi suatu tempat menurut garis bujur dapat mengetahui kapan suatu aktivitas dapat dilaksanakan.
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah di sekitarnya. Kondisi dan situasi di sini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan keberadaan sarana transportasi dengan daerah sekitarnya. Misalnya, Indonesia terletak di antara dua samudra dan dua benua, serta dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda, yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut memiliki kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.

2. Konsep Jarak dan Keterjangkauan
Jika jarak dihubungkan dengan keuntungan yang diperoleh, manusia cenderung akan memperhitungkan jarak. Misalnya, antara Bandung dengan Jakarta jaraknya 140 km, dahulu jarak tempuh Bandung-Jakarta naik bus mencapai 5 jam. Sekarang dengan adanya jalan tol Cipularang dapat dijangkau hanya sekitar 3 jam saja dengan jenis kendaraan yang sama. Waktu tempuh tersebut akan berbeda jika orang tersebut mempergunakan jalan Sukabumi, atau Cianjur. Waktu tempuh Bandung-Jakarta akan berbeda pula jika menggunakan kereta api atau pesawat terbang. Bahkan jika seseorang mempergunakan telepon untuk berhubungan
dengan orang di Jakarta, rasanya sudah tidak punya waktu tempuh lagi. Semakin lengkap sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi seolah-olah semakin dekat jarak antara dua tempat sehingga hubungan dan pengaruh (baik positif maupun negatif ) akan semakin intensif. Sebaliknya, walaupun dua tempat jarak absolutnya relatif dekat, tetapi jika transportasi dan komunikasinya tidak ada atau terbatas, akan semakin lama dan terbatas hubungan yang dapat dijalin. Sekarang dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan transportasi di dunia, jarak bukan lagi menjadi masalah. Tempat-tempat di dunia terasa semakin dekat, menyatu, dan transparan, semua itu dikenal dengan era globalisasi.

3. Konsep Tempat
Tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora, dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan, dan kebudayaan). Nama tempat dapat mencerminkan kondisi atau identitas suatu daerah secara spesifik. Jika seseorang menyebut nama gunung atau teluk sudah terbayangkan bagaimana kondisi alam dan manusianya. Tempat juga dapat mencerminkan kondisi umum berdasarkan prinsip kesamaan fisik atau manusianya, seperti gurun, plato, dataran, pertanian hortikultura, perkebunan, hutan, perdesaan, atau metropolitan. Semua tempat di permukaan bumi memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik atau ciri khas suatu tempat dapat terlihat dengan jelas atau dapat pula tidak. Setiap unsur yang terdapat di tempat tersebut memberikan karakter tertentu sehingga dapat dibedakan dari daerah lainnya. Dalam menggambarkan atau mengkaji suatu tempat, geografi senantiasa melihat karakteristik fisik dan manusianya.

4. Konsep Hubungan Timbal Balik (Interelasi)
Setiap gejala yang terjadi di permukaan bumi ini pada dasarnya merupakan hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat terjadi antara faktor fisik dan faktor fisik, faktor fisik dan manusia, serta diantara faktor manusia dan faktor manusia. Contoh hubungan antara faktor fisik dan faktor fisik, antara lain ketinggian tempat dengan iklim mikro, kemiringan lereng dengan erosi, kesuburan lahan dengan jenis batuan, ketersedian air tanah dengan curah hujan, dan jenis tanah dengan vegetasi penutup lahan. Contoh hubungan antara faktor fisik dan manusia, antara lain pemusatan penduduk di daerah subur dan dataran rendah, kesuburan lahan dan iklim dengan jenis usaha tani, serta bentuk lahan dengan pola jalan. Contoh hubungan antara faktor manusia dan manusia adalah individu yang serba bergantung terhadap individu lain. Tidak ada manusia yang dapat hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Ketergantungan ini tercermin dari adanya masyarakat, perdagangan, trans portasi, komunikasi, berbagai organisasi sosial, politik, atau kebudayaan, dalam kehidupan di masyarakat. Dalam tatanan geografis pola permukiman dapat menjadi pertanda sifat-sifat saling ketergantungan.

5. Konsep Gerakan
Pada dasarnya setiap gejala di permukaan bumi mengalami adanya gerakan. Gerakan objek atau gejala yang tampak jelas, seperti terjadinya gerakan awan, air mengalir, angin, batuan dan tanah oleh manusia, atau gerakan barang, manusia melakukan kerja, dan gerakan arus laut oleh angin. Gerakan yang tidak tampak, seperti gerakan panas dari lintang rendah (ekuator) ke lintang tinggi, serta gerakan informasi, dan ide atau gagasan. Gerakan ini menunjukkan adanya interaksi antara satu objek ke objek yang lain atau antara satu tempat ke tempat lain yang berbeda. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk dapat memahami bagaimana latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi serta dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Misalnya, terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim, dan perbedaan iklim disebabkan oleh adanya
sirkulasi udara secara global di atmosfer. Tinggi rendahnya permukaan bumi terjadi akibat adanya gerakan lempeng benua dan samudra, gerakan lempeng juga dapat menyebabkan terjadinya gunungapi, lipatan, patahan, gempa, dan runtuhan.

6. Konsep Pewilayahan (Regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, sedangkan kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya merupakan pengumpulan, pengklasifikasian atau pengelompokan data ke dalam data yang sejenis. Dari pengelompokan tersebut akan terlihat daerah yang menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dari daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas suatu tempat tersebut dapat berupa karakteristik fisik, sosial, atau gabungan keduanya. Terdapat banyak cara untuk menentukan region bergantung pada kriteria apa yang akan dipergunakan (fisik, sosial, aktivitas ekonomi, budaya, politik, bahasa, agama, dan etnik yang berkembang di masyarakat).

Sumber:

Hartono. 2009. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: CITRA PRAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar